Friday, December 20, 2013

My Experience



Aku mau berbagi cerita soal pengalamanku ketika ikut Paskibra. Ketika pertama kali masuk SMA pada tahun 2008, setelah MOS (Masa Orientasi Siswa) berakhir disitulah asal mula penyeleksian untuk calon Paskibra. Awalnya ketika aku ditunjuk menjadi bagian dari anggota paskibra, aku sempat menolak bahkan aku pernah nangis saat sedang latihan dilapangan. Kakak-kakaknya dan teman-teman aku mungkin sampai bingung aku kenapa ni lagi latihan nangis. Saat itu emang aku sangat ga tertarik dengan Paskibra, karena yang aku tau tentang Paskibra adalah panas-panasan, capek, dan bikin kulit jadi gelap. Tapi ternyata, setelah aku usahakan untuk menyukai organisasi ini, lama-lama aku pun mulai senang dan rutin dalam mengikuti latihannya.

Pengibaran pertama aku bersama teman-teman 1 angkatan adalah ketika tanggal 17 Agustus 2008 dan tempatnya di lapangan sekolah SMA Yadika 3 Tangerang. Udah tau kan pasti kalau Pengibaran Bendera itu ada pasukan-pasukannya. Pasukannya itu adalah pasukan 17 dan pasukan 8. Kata senior-senior aku, yang menjadi bagian dari pasukan 8 itu adalah orang-orang yang terpilih, jadi beruntunglah yang berada dipasukan 8. Tetapi jangan salah paham dulu ya, bukan berarti pasukan 8 itu lebih unggul dari pasukan 17, karena jika tidak ada pasukan 17, pasukan 8 tidak akan bisa mengibarkan bendera dan begitu juga sebaliknya. Kesimpulannya dua-duanya sangatlah penting. Pasukan 8 diartikan sebagai Bulan Agustus yang merupakan bulan ke-8 dan Pasukan 17 diartikan sebagai tanggal jatuhnya Kemerdekaan Bangsa Indonesia yaitu pada tanggal 17, kemudian ada lagi Pasukan 45 yang diartikan sebagai tahun Kemerdekaan yaitu tahun 1945. Pasukan 45 ini terdiri dari Polisi, ABRI, ataupun TNI dan Pasukan 45 ini hanya digunakan di Tingkat Kota, Provinsi, dan Nasional. Kebetulan posisi aku dipasukan adalah di pasukan 8 sebagai baki 2. Baki 2 itu berdiri dibelakang baki 1 yang tugasnya memegang bendera Merah Putih dan di depan 3 pengibar.

Setelah proses pengibaran itu berakhir, aku masih tetap rutin untuk mengikuti berbagai latihan itu. Banyak sekali kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi ini, ada beberapa lomba paskibra yang sudah aku ikuti bersama teman-teman se-angkatan dan seminar-seminar seputar Paskibra Sekolah. Aku juga mengikuti Latgap (Latihan Gabungan) bersama sekolah-sekolah SMA yang lain. Karena SMA aku di daerah Tangerang, jadi Latgapnya bersama sekolah-sekolah se-Kota Tangerang. Latgap ini fungsinya untuk menyeleksi setiap anggota Paskibra yang nantinya akan terpilih untuk di Tingkat Kota, Tingkat Provinsi, dan juga Tingkat Nasional.

Dari sekolahku yaitu SMA Yadika 3 Tangerang, yang mengikuti Latgap sampai akhir hanya sisa 6 orang saja. Dan penentuan untuk masuk ke tingkat mana itu ketika kami mengikuti Diklat (Pendidikan dan Latihan) yang diselenggarakan oleh PPI (Purna Paskibraka Indonesia) Kota Tangerang. Diklat ini berlangsung selama 5 hari 4 malam. Dan acara Pantuhir (Penentuan Akhir) ini dilakukan di hari terakhir Diklat. Disinilah kami mulai merasa deg-degan karena ini adalah penentuan nasib kami, apakah kami akan terpilih atau tidak.

Seperti yang aku bilang tadi, dari sekolahku ada 6 orang termasuk aku yang dikirim sebagai perwakilan dari sekolah untuk mengikuti Diklat ini. Dan hasil akhirnya adalah hanya 3 orang yang berhasil terpilih. 

Yang pertama adalah Maya Astuti yang terpilih masuk ke Tingkat Nasional se-Kota Tangerang yang berhasil mengalahkan ribuan anggota Paskibra Sekolah. Karena setiap Kota atau Kabupaten hanya mengirimkan sepasang putra-putri yang akan melanjutkan perjalanannya menjadi Paskibraka Tingkat Nasional dan Maya telah mengibarkan bendera di Istana Presiden pada tahun 2009, dia berada di Pasukan 8 untuk bagian Penurunan Bendera sebagai baki 2. Tadinya ketika gladi bersih Maya masih memiliki jabatan sebagai baki 1 yang memegang Bendera Pusaka, tetapi entah kenapa dia diturunkan dan menjadi Baki 2 pada saat hari H berlangsung.

Yang kedua adalah Siti Hardiana, sebelumnya dia adalah calon untuk di Paskibraka Tingkat Provinsi yang mengibarkan bendera di Ibukota Banten yaitu Serang, tetapi karena banyak pesaingnya maka namanya tergeser dan secara otomatis turun ke Tingkat Kota, meskipun begitu dia tetap bersyukur masih dapat terpilih. Diana telah mengibarkan bendera di Lapangan Ahmad Yani Kota Tangerang pada tahun 2009 dan dia berada di Pasukan 17 untuk bagian Penurunan Bendera.

Yang ketiga adalah aku sendiri (Ulfa Yuanita Isyfari), aku terpilih menjadi salah satu anggota Paskibraka Tingkat Kota dan mengibarkan bendera untuk kedua kalinya di Lapangan Ahmad Yani Kota Tangerang pada tahun 2009 bersama dengan Diana. Posisiku di pasukan adalah aku berada di Pasukan 8, yeeeiii akhirnya terpilih menjadi Pasukan 8 lagi. Tapi posisi aku turun menjadi Pagar Kiri yang berdiri dibelakang 3 Pengibar dan lebih tepatnya dibelakang Sang Pengerek Bendera.

Nah ketiga temanku yang lain, yang belum terpilih mereka akan mengikuti seleksi lagi setingkat Kecamatan. Dan dari ketiga orang itu hanya 2 orang yang berhasil masuk ke Tingkat Kecamatan. Mereka adalah Prawesti Wulandari (Wulan) dan Yuni Wulandari. Wulan berada di Pasukan 8 sebagai Pagar Kanan dan Yuni berada di Pasukan 8 juga sebagai Baki 1. Karena sisa 1 orang yang tidak terpilih yaitu Rizki Nurul Hidayati, akhirnya dia mengibarkan bendera untuk yang kedua kalinya di sekolah berbarengan dengan Capas (Calon Paskibra).

Sedikit info mengenai perbedaan Emblem dari berbagai tingkat. Warna merah untuk Tingkat Nasional, warna hijau untuk Tingkat Provinsi, Tingkat Kota dan Tingkat Kecamatan, warna putih untuk Tingkat Sekolah, dan yang terakhir emblem Bendera Merah Putih tanpa ada logo Burung Garuda untuk Calon Paskibra.